Rabu, 16 Desember 2015

Grow Up

15-12-2015 tepat hari ini aku menginjakkan usiaku berkepala 2. Yaaa ga kerasa umur ku udah seperlima abad. Bagiku tahun ini merupakan tahun terberatku. Selain itu, ini juga menjadi tahun keduaku merayakan ulang tahun tanpa sosok ayah di sampingku. Tapi, Tahun ini juga menjadi tahun yang amat membahagiakan buatku karena aku masih bisa mendapatkan ucapan serta doa dari ibuku,kakakku,adikku, teman temanku dan lauren. Aku merasa semakin dituntut untuk bersikap dewasa, menahan setiap egoku dan juga menjaga setiap orang yang aku sayangi.
Awalnya aku sempat bingung sampai sore hari ibu dan adikku tidak ingat akan ulang tahunku. Aku merasa apakah mereka lupa dengan hari ini. Yaaaa aku berfikir negatif. Rasanya aku ingin menghampiri ibu sambil berkata "mah, apa mamah lupa ulang tahun aa?" Memang terlihat kekanak kanakan. Tapi entahlaah, ucapan dia rasanya itu mampu masuk hingga hatiku yang paling dalam. Doanya selalu aku rasakan di tiap hela nafas dan langkahku. Sampai akhirnya aku ingin menemui lauren di malam hari ibuku baru mengucapkan "selamat ulang tahun a, maafin ya mamah lupa hari ini aa ulang tahun. Mamah banyak fikiran soalnya. Sukses dan semoga diberi kesehatan selalu ya a. Mamah sayang sama aa" seketika rasanya aku ingin menahan.diri ini di pelukannya yang begitu hangat. Aku ga pernah ngerasain pelukannya semenjak lebaran. Dan menurutku pelukannya saat ini jauh sangat erat dan banyak makna yang tersirat di dalamnya.

Memang... semenjak aku naik ke tingkat 3 ada suatu ketakutan yang menghampiri diriku. Aku takut aku ga bisa nerusin kuliah. Karena soal ekonomi keluarga lu yang tiap hari a buat makan saja sudah begitu beruntung rasanya. Apalagi memikirkan hingga harus membayar 6juta rupiah? Duit dari mana kah?
Rasanya tak pernah tenang ketika aku tahu setiap hari ibu selalu menangis di tiap sholat nya hanya berpasrah kepada sang kuasa menyerahkan seluruh hidup kami. Setiap hari aku memikirkan dirinya yang hanya memikirkan duit,makan,bayaran dan bagaimana hidup must go on! Itu yang membuatku di umur 20 tahun ini semakin merasa bahwa aku harus bertindak melakukan sesuatu demi ibu dan keluargaku. Dimana harusnya ibu hanya menikmati masa tuanya tanpa perlu pusing memikirkan bagaimana buat hidup esok?

Hari ini pada umur ku yang menginjak 20 tahun aku berjanji aku menjadi pribadi yang mampu menjaga orangbyang kusayang tanpa melukainya . Aku berjanji menjadi pria yang mampu mempertanggung jawabkan segala kejadian yang aku jalani. Aku berjanji akan selalu tulus melakukan sesuatu dan aku berjanji kelak aku akan membajagiakanmu bu.... terimakasih buat semuanya. Terimakasih buat orang-orang yang sejauh ini membantuku dari sisi motivasi ataupun sisi materi. Doaku adalah semoga kalian selalu diberikan perlindungan oleh Allah dan dimudahkan segala aktivitas nya.
Salam dari aku... Naufal Izzatur Rahman. Anak laki-laki mu ibu.....

Senin, 07 Desember 2015

Aku hanya butuh 'Lelah'

Aku sudah lelah.

Maafkan aku yang lelah dengan semua pertanyaan yang berputar di kepala. Aku sudah lelah dengan segala persepsi yang terbentuk dari flim-film dan cerita dongeng berbalut kisah cinta bahagia abadi.

Aku sudah lelah, bahkan dengan keinginan diri sendiri. Aku sudah lelah dengan, “Pasangan idaman adalah yang begini, pasangan idaman adalah yang begitu.”

Semua berputar-putar dan menjadi satu, membentuk satu sosok di ‘teater impian’. Sosok yang sempurna, yang tak punya celah. Sosok yang pada akhirnya kamu cari sebatas hanya karena diingini.

Dan ketika kamu terus mencari sosok yang sempurna , pada akhirnya apa yang didapati? Rasa lelah yang tak tertandingi, kebingungan yang terus menggerogoti, dan ketenangan yang terenggut karena terlalu lama sendiri.

Namun jatuh cinta bukanlah seperti itu. Atau setidaknya, jatuh cinta yang baik, jujur, serius, komitmen, dan ingin bahagia bersama tidaklah seperti itu. Jatuh cinta yang sempurna, sejatinya justru tidaklah sempurna. Karena apa? Karena pasangan yang paling sempurna adalah dua orang yang tidak sempurna, namun bertemu untuk saling memperbaiki.

Adalah sebuah keniscayaan bahwa pria dan perempuan adalah dua makhluk paling “lebih”.

Pria, dalam beberapa kesempatan memang lebih kuat dari perempuan. Lebih kuat secara fisik, secara logika, secara psikologis. Namun jauh di dalam dirinya, sesungguhnya pria sangatlah lemah. Mereka hanya berusaha kuat, agar terlihat kuat di depan perempuan, dan tentunya di depan pria yang lain. Jauh di dalam dirinya, pria adalah makhluk paling manja dan kekanak- kanakan. Pria yang sudah punya segalanya, punya pekerjaan yang baik, penghasilan yang mapan, lalu berefek pada tubuh dan penampilan yang rupawan, yang terlihat sudah sempurna, itu hanya luarnya saja. Ketika ia pulang, merebahkan diri, yang ia inginkan hanyalah pelukan hangat, hanyalah belaian lembut, hanyalah obrolan renyah.

Seperti sudah takdir seorang pria "yang selalu jadi pemikir" akan sesekali terbersit dalam benaknya banyak pertanyaan,

Yang aku cari ini untuk siapa?

Aku bahagia, tapi bahagiaku harus kubagi dengan siapa?

Akhirnya semua pertanyaan itu menampar dan menyadarkan bahwa,
Bahagia yang sendirian lebih menyedihkan daripada menangis sendirian.

Beruntungnya aku sudah merasa lelah. Sehingga kini, aku bisa menjawab semua pertanyaan itu.

Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh dia yang bisa memperbaiki aku.

Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh dia yang menenangkan dan selalu bisa menjadi teman berbagi.

Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh yang bahkan ketika aku sedang mengalami hari terburuk pun, yang aku ingin hanyalah untuk berada di sampingnya.

Ternyata aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya butuh kamu, yang tidak sempurna di mata semua orang, tetapi sempurna di mata dan hatiku sendiri.