Sabtu, 10 Oktober 2015

Syukur Yang Tak Berkesudahan...... Sebab Kamu Adalah Doa yang Dikabulkan Tuhan

Sampai saat ini setiap punya kesempatan memandangimu lama aku selalu bertanya kebaikan apa yang sudah aku lakukan sebagai manusia. Perasaan aku ini masih banyak kurangnya bahkan terlalu banyak. Kadang lupa berdoa. Lebih sering merayu Tuhan hanya saat ada maunya saja. Tapi Dia tetap memberi sumber kehangatan di dada. Kehadiranmu, jadi buktinya....

Sepanjang hidup sudah banyak episode doa yang aku alami. Mulai dari doa yang dijawab dengan gelengan pasti, diiyakan dengan imbuhan ‘Nanti’, sampai ditolak karena Ia lebih tahu apa yang harus diberi. Bersamamu kali ini adalah Sebuah jawaban dari seluruh perjalanan doa yang pernah terjadi.

"Kamu adalah doa yang terkabulkan. Untuk itu aku terus mengucap syukur yang tak berkesudahan."

Lantai kamar dan sujud panjang jadi saksinya. Sempat ada doa untuk meminta pasangan yang menghargai jeda. bukan, bukan maksudku untuk bersombong mengumbar hal ini.Namun saja... Bertahun-tahun lalu dalam malam-malam panjang yang sepi, sempat aku paksa diri bangun tengah malam untuk mencium kakiNya yang paling suci. mengharapkan doaku dapat di jabah olehnya, Saat itu rasanya tubuh ini sudah kehabisan kendali. Selepas dihajar rentetan kehilangan dan patah hati, bantuanNya jelas dibutuhkan agar tak lagi merasa sendiri.
Ikatan sebelumnya membuat diri ini khatam soal satu hal. Hubungan yang tak lagi menyisakan ruang untuk berkembang. Ke mana-mana berdua jelas membuat bahagia. Namun diam-diam aku sangatlah berharap akan dipertemukan dengannya yang menghargai jeda.

"Dia yang tidak harus selalu bertukar kabar setiap waktu. Tapi hati dan komitmennya tak pernah menipu."

Dan... Alhamdulilah saat ini aku mendapatkannya....
Tapi bisa saja mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…” Benarkan seperti itu?

Kita ini seperti dua kutub yang tak pernah terbayang titik temunya. Berubahnya aku dan kamu jadi ‘Kita’ kadang kurang masuk akal dalam jalan rasional manusia. Waktumu lebih banyak habis di kampus, dengan begitu padatnya kegiatanmu diluar aktifitas kuliahmu daripada bertemu diriku. Sekilas kita pun tak bisa bersisian dengan damai sebagai dua orang dewasa.
Namun pelukan dan rengkuhmu jadi jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepala. Kamu jadi tanda tanda titik yang mengakhiri pertanyaan, “Setelah ini apa?”  Kehadiranmu memberi diri ini alasan untuk menepi dan berhenti mencari. Meski tak selalu bersama setiap waktu ada rasa cukup di hati setiap mengingat kamu.
Barangkali Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita.

Kamu adalah doa yang terwujud. Terkabulnya pengharapan ini membuat semua bahagia larut....
Setiap kamu membebaskan aku untuk melakoni apapun yang disuka. Atau saat kamu tak keberatan melihat aku mengurung diri di akhir pekan untuk sekedar mengistirahatkan tubuh setelah di weekday diriku lelah dengan sibuknya aktivitas. Ada rasa dimengerti yang tak ada duanya.
Ingin rasanya membiarkanmu merengkuh diriku. Melumatku jadi lembek seperti tanah liat yang kehilangan daya sebagai bukti bahagia. Tulang sedikit remuk atau memar pun tak apa, selama itu berarti bisa kamu peluk lama.
Dari terlalu banyak doa yang tidak ia terima selama ini, aku bersyukur bahwa kamu adalah harapan yang diwujudkannya. Bersyukur untuk kedatanganmu. Bersyukur untuk cinta yang membebaskan itu.

"Aku tidak sebaik itu — tapi Allah memberi kamu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar