Sabtu, 07 November 2015

Sebuah pesan tentang Pahitnya Keadaan

Bukan mimpi, gemuruh ombak laut
terdengar bermelodi. Bukan rahasia, semua terasa seperti itu ketika jatuh cinta. Dan bukanlah keadaan, jika tak bisa membuat yang indah menjadi ketakutan.
Kata orang, cinta sesuatu yang megah. Namun kadang megahnya tertutup keadaan kemudian kalah.

Keadaan di mana pada diri satu orang, atau keduanya terdapat cinta tapi masing-masing atau salah satunya sudah memiliki pasangan.
Keadaan di mana dua orang saling sayang, tapi orang tua berkehendak lain. Keadaan di mana dua orang saling cinta, tapi berbeda Tuhan –yang katanya satu–. Keadaan di mana seseorang jatuh cinta, tetapi yang satunya terasa terlalu sempurna untuk dia. Mungkin masih banyak lagi keadaan-keadaan di luar sana yang menyisakan kepahitan. Dan aku mengalami salah satu halnya.

Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh di keadaan yang tidak memungkinkan? Apakah sebuah cinta adalah tumbuhan yang tidak peduli
habitatnya berkeadaan seperti apa, hanya membutuhkan ketulusan? Akan tetapi, apakah ketulusan saja cukup untuk bersama? Tidak, untuk bersama, juga butuh keadaan.

Begitu pula dengan keputusanku memendam semua mimpi itu. Ini semua, sedikit banyak karena keadaan. Apa yang tumbuh dalam hati seiring aku memandang senyummu, melihat tawamu, menatap
binar matamu, harus aku pendam sendiri. Selagi menunggu keadaan –yang mungkin tak akan datang–, aku guratkan tinta hati hingga
senja menjelang. Aku kemas surat itu dalam beningnya botol ketulusan, dan membiarkannya bebas di luasnya lautan kemungkinan.

“Jika memang jodoh, kita pasti akan bersama.” Ah, akhirnya aku mengatakan itu. Mengatakan
kalimat bagi orang yang kalah dalam perjuangan mendapatkan seorang pujaan. Aku tak ingin menjadikan keadaan sebagai pesakitan. Karena sudah terlalu sering kata itu
berlalu-lalang di kisah kehidupan.

Kamu boleh caci aku karena mengungkapkan rasa yang tak berani. Tapi mungkin kamu juga tahu, bahwa kadang melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi. Dan biarkan pesan dalam botol ini, tetap menjadi rahasia hati.

Karena kenyataan sesungguhnya tak seindah mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar